Kali ini aku bakal memposting tentang novel yang minggu kemarin aku baca...
Judul novelnya yaitu “Bidadari Bidadari Surga”, karangan Tere-Liye.
Isi novel itu menceritakan tentang sebuah keluarga yang sangat penuh perjuangan dan kerja keras, suatu rumah yang berisikan 5 orang anak dan 1 orang ibu, ayah mereka sudah meninggal sejak lama secara tragis karena di cabik cabik oleh binatang buas (harimau) penunggu gunung dekat kampung mereka. Mereka tinggal di sebuah lembah yang jauh dari kota, oleh karena itu pencaharian mereka adalah bertani padi, jagung, dsb. Sebelum ayah mereka meninggal, dia member wasiat kepada kakak tertua mereka agar menjaga adik-adiknya hingga beliau pulang mencari kumbang di gunung, tapi takdir berkata lain, ayah tercinta mereka sudah di panggil oleh yang Maha Kuasa.
Sejak saat itulah kakak tertua (Ka Laisa) merasa benar-benar harus melindungi adik-adiknya yang masih kecil serta menjaga ibunya yang sudah hamper tua termakan oleh umur. Saat itu ka Laisa sedang duduk di bangku sekolah dasar kelas IV(4) , adiknya yang kedua (Dalimunte) akan memasuki bangku sekolah dasar, saat itu ibu mereka (biasa di sebut mamak) sedang tidak punya uang untuk menyekolahkan Dalimunte, hingga ka Laisa rela meninggalkan bangku sekolahnya demi adiknya Dalimunte (biasa disebut Dali) . Sebenarnya mamak tidak setuju dengan keputusan ka Laisa untuk meninggalkan bangku sekolahnya, tapi ka Laisa terus memohon kepada mamak agar mengizinkannya meninggalkan sekolah dan akan membantu mamak mengurusi ladang mereka saja, lagipula ka Laisa adalah perempuan jadi dia tak perlu sekolah, adiknya Dalimunte adalah laki-laki, dia wajib untuk sekolah.
Dalimunte adalah seorang adik yang baik, rajin membantu mamak dan ka Laisa di ladang, dan sangat rajin untuk sembahyang di suro (seperti mushola), dia juga sangat cerdas, dan sangat kreatif, dia suka membuat mainan sendiri dan terkadang membuatkan mainan untuk adik-adiknya. Dia juga berfikir untuk membuat kincir angin untuk desanya agar membuat irigasi ke setiap ladang milik warga, awalnya warga tidak percaya dengan kincir angin karangan Dali yang masih kecil itu, setelah akhirnya ka Laisa meyakinkan warga agar percaya kepada adiknya dan untuk mencobanya terlebih dahulu. Hingga akhirnya kincir angin rancangan Dali di buat oleh para warga secara gotong royong, dan setelah dicoba akhirnya kincir angin pun berhasil, dan bisa mengaliri ladang-ladang milik warga.
Ikanuri dan Wibisana adalah adik ka Laisa yang ketiga dan keempat, umur mereka beda 1tahun, tapi sangat terlihat mirip sekali, mereka memiliki paras yang hapir sama dan juga watak yang hamper sama. Mereka berdua sangat beda dengan Dalimunte, mereka tidak serajin Dali dn Ka Laisa, mereka lebih suka bermain daripada belajar atau bahkan membantu mamak dan ka Laisa di ladang. Bahkan mereka pernah ketauan bolos sekolah demi ke kecamatan untuk bekerja mencari uang, hingga akhirnya setelah mereka pulang ke rumah, Ka Laisa memarahi mereka habis habisan, Ka Laisa tidak ingin adik-adiknya seperti dia, adik-adiknya harus sekolah yang rajin supaya menjadi orang yang sukses. Ka Laisa hampir setiap hari memarahi mereka karna mereka selalu saja berbuat onar, tapi walaupun mereka anak yang nakal mereka tetap sadar akan jerih payah mamak dan Ka Laisa yang siap banting tulang demi sekolah mereka.
Yashinta adalah adik terkecilka Laisa, dia adalah adik yang sangat manis dan nurut pada ka Laisa, dia juga memiliki rasa penasaran yang tinggi. Suatu hari, ka Laisa menceritakan anak berang-berang yang sangat lucu kepada Yashinta, dan akhirnya Yashinta langsung memohon-mohon kepada ka Laisa agar mengajaknya melihat anak berang-berang lucu di bendungan (hahaha) . Yashinta termasuk gadis yang cantik dan pintar, sepertinya dia mewarisi bakat ka Dalimunte, dia juga mewarisi bakat ka Laisa dalam bidang kerja keras. Sebenarnya setelah Yashinta akan memasuki sekolah dasar, dia sempat bertanya kepada ka Laisa dan mamak, apakah dia akan sekolah seperti kakak kakaknya? Dan langsung saja ka Laisa menjawab dengan tegas “YA” , seketika Yashinta merasakan senang sekali. Tetapi tuhan berkata lain, saat Yashinta akan masuk sekolah dasar, ka Dalimunte akan memasuki sekolah menengah atas, dan saat itulah keuangan keluarga mereka sedang krisis. Sebenarnya itu di sebabkan oleh gagalnya percobaan kebun strawberry ka Laisa, saat itu ka Laisa memohon maaf kepada mamak, karna perbuatannyalah keuangan keluarga menjadi krisis. Yashinta kecil yang saat itu sudah mengerti keadaan bicara pada mamak dan yang lain agar dia tidak usah sekolah saja, lagipula dia kan anak perempuan, ka Dali adalah laki laki, maka ka Dali lah yang harus terus meneruskan sekolah menengah atasnya di kabupaten. Tapi saat itu Dalimunte lah yang rela untuk tidak sekolah, dia lebih senang kalau Yashinta yang sekolah, biar Dali membantu mamak dan ka Laisa di ladang strawberry.
Saat itu ka Laisa sangat sedih, karna ulahnya lah adiknya yang pintar harus menunda dulu sekolahnya. Tapi berkat usaha dan kerja keras yang di sertai dengan do’a, perkebunan strawberry mereka berhasil, buah buah kecil merah nan indah itu tumbuh subur di ladang mereka. Kini ladang mereka di penuhi dengan buah strawberry yang siap di kirim ke pasaran dengan kualitas tinggi dan harga yang mahal. Dan saat itulah ka Laisa memutuskan untuk meneruskan sekolah Dali, awalnya Dali menolak untuk sekolah kembali, dia lebih senang membantu ka Laisa dan mamak di ladang, tapi ka Laisa memarahinya dan bilang bahwa dia harus tetap sekolah dan menjadi anak yang pintar agar membanggakan mamak , ka Laisa dan almarhum ayahnya. Akhirnya Dali menurut pada ucapan kakak tersayangnya itu.
Waktu terus berputar seperti halnya roda.
Kini lembah mereka sudah dipenuhi oleh perkebunan strawberry, warga lembah memilih untuk mengikuti jejak ka Laisa yang menanam strawberry daripada padi dan jagung yang jelas jelas untungnya hanya sedikit. Saat itu pula lembah mereka memiliki kemajuan dalam bidang ekonomi, ka Laisa lah yang paling berjasa di lembah itu. Kini ka Laisa sudah berumur 35thn lebih, Dalimunte sudah menjadi orang yang membanggakan, dia dapat beasiswa ke luar negri dan sekarang bekerja di laboratorium untuk melakukan penelitian, dia sudah mengantongi gelar ‘profesor’, dan juga dia sudah memiliki istri yang cantik juga sangat baik kepada keluarga Dalimunte.
Ikanuri dan Wibisana juga sudah menjadi orang yang sukses, dia sudah memiliki bengkel besar di kabupaten, dan juga sudah memiliki istri cantik nan baik hati seperti istri Dalimunte.
Yashinta kecil yang dulu adalah anak kecil nan manis, sekarang sudah menjadi gadis dewasa cantik dan juga sangat cerdas, sekarang dia kuliah di luar negeri untuk mengambil beasiswa di bidang ilmu alam, ketertarikannya pada alam di mulai dari melihat anak berang-berang lucu dulu bersama ka Laisa.
Sebenarnya Dalimunte , Ikanuri dan Wibisana enggan menikah dulu sebelum ka Laisa menikah, mereka rela menunggu ka Laisa hingga kapan pun, bagaimanapun juga ka Laisa adalah orang yang sangat berjasa bagi hidup mereka, mereka tidak mungkin ‘melintasi’ ka Laisa. Hingga akhirnya ka Laisa meyakinkan mereka untuk menikah terlebih dahulu, karna ka Laisa memang rela untuk di ‘lintasi’ oleh mereka. Walaupun dia sudah tua dan tidak memiliki suami ataupun anak, dia sudah sangaaaaaat bahagia memiliki adik-adik yang membanggakan dan memiliki mamak di sampingnya. Hingga akhirnya adik-adiknya ‘melintasi’ mereka.
Yashinta dewasa pun sama, padahal dia sudah merasakan jatuh cinta pada teman sepenelitiannya bernama Goughsky, orang itu juga sangat mencintai Yashinta. Hingga akhirnya Goughsky bersilaturahmi ke rumah Yashinta dan melamar Yashinta di depan mamak dan kakak-kakaknya. Dan ketika itu pula Yashinta menolak orang itu. Karna dia tidak mungkin harus ‘melintasi’ ka Laisa seperti ka Dali, dan yang lain. Ka Laisa adalah kakak yang baik dan tidak pernah mengecewakan adik-adiknya terutama Yashinta, sungguh teganya jika dia ‘melintasi’ ka Laisa. Dan seperti tahun tahun yang lalu, ka Laisa mencoba berbicara pada Yashinta supaya jangan menunggu sampai ka Laisa menikah, walau bagaimanapunka Laisa rela kalau dia harus di ‘lintasi’ oleh adik-adiknya. Tetapi pendirian Yashinta sudah bulat, dia tidak mungkin melintasi ka Laisa, dia akan tetap menunggu hingga ka Laisa menikah dan lebih baik menjauh dari Goughsky, walau sangat berat bagi hatinya tapi ini demi ka Laisa.
Waktu terus berputar,, tidak ada yang tahu bahwa Allah memiliki rencana seperti ini,,
Ka Laisa di katakana oleh dokter bahwa ia mengidap kanker, dia menutupi tentang penyakitnya ini kepada adik-adik tersayangnya, hanya kepada mamak lah dia bicara. Waktu terus berlalu , hari hari ka Laisa menjadi penuh dengan perjuangan melawan kanker, dia terus berobat ke rumah sakit tanpa sepengetahuan adik-adiknya,, dan hingga saatnya tiba, kanker di tubuh ka Laisa sudah makin parah, kata dokter sudah stadium IV , dan saat itulah mamak mengirim sms kepada anak-anaknya yang berada di kota agar segera pulang, karna hidup ka Laisa bisa terhitung jari .
Saat mereka sampai ke lembah satu per satu, mereka menangis melihat ka Laisa terbaring lemah di ranjang dengan infus dan peralatan dokter lainnya, rumah mereka di penuhi oleh warga yang sedang membacakan surat Yassin. Mereka memohon maaf kepada ka Laisa apabila mereka punya salah, apalagi Ikanuri dan Wibisana yang selalu membuat onar ketika kecil. Dan yang terakhir dating adalah Yashinta, dia dating di saat yang tepat, ketika ka Laisa masih di beri kesempatan oleh Allah untuk bertemu dengan adiknya yang terakhir. Yashinta dating menggunakan kapal terbang milik pemegang saham penelitiannya, di temani juga oleh orang yang dia cintai dulu (Goughsky). Saat itu yashinta mengalami patah tulang dan memar di tubuhnya karna terburu-buru turun gunung karna ingin segera pulang ke lembah untuk bertemu dengan ka Laisa. Allah memang baik, yashinta masih di beri kesempatan untuk bertemu ka Laisa, saat itu juga Yashinta memeluk tubuh ka Laisa yang terbaring lemah, Yashinta memohon maaf kepada ka Laisa apabila ia punya salah, dan seketika itu juga ka Laisa meminta Yashinta untuk menikah dengan Goughsky di depan ka Laisa. dan akhirnya setelah ka Laisa melihat pernikahan Yashinta, dia menghirup nafas terakhirnya dan meninggalkan dunia ini dengan senyuman di bibirnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar