Sudahkah kita sejenak berfikir dan merenung, bahwa begitu besar rasa ketergantungan kita terhadap apa yang tersedia di alam ini? Ketika kita hendak bernafas, yang kita butuhkan adalah asupan oksigen yang cukup untuk memenuhi paru-paru. Ketika kita hendak melihat dengan jelas, yang kita butuhkan adalah cahaya yang cukup untuk dapat menerangi objek yang ingin kita lihat. Ketika kita hendak berjalan, kita butuh landasan untuk berpijak dan melangkah, dimana daratan bersedia membentangkan punggungnya untuk kita pijak dan kita pun bukan berjalan di awang-awang. Sungguh, semua yang kita butuhkan itu bukanlah muncul dengan sendirinya, melainkan Allah SWT- lah yang telah mengadakannya dan menundukkannya untuk kita, para makhluk-Nya.
Allah SWT sudah bentangkan malam untuk kita beristirahat dan siang sebagai sarana bagi kita untuk mengais karunia-Nya, untuk menjemput rezeki yang sudah ditetapkan-Nya. Allah tundukkan lautan, sehingga kapal-kapal besar dapat berlayar mengarungi samudera-Nya. Allah hiasi kedalamannya dengan segala keindahan luar biasa, yang membuat banyak mata terbelalak dan hati berdecak kagum, hingga sesungguhnya bibir-bibir dan hati kecil manusia tak akan mampu berbohong dan tak kuasa berucap selain pujian akan ke Maha Besaran-Nya atas keindahan segala ciptaan-Nya.
Saudaraku,
Sekiranya kita menyadari segala kebesaran Allah itu, maka sudah tentu kita akan merasa kecil dan malu. Sekiranya kita senantiasa yakin dan menyadari dalam banyak waktu, bahwa diri kita adalah hamba dan Allah SWT adalah dzat yang wajib kita sembah, maka pasti kita tidak akan mau untuk berpaling dari-Nya. Sekiranya diri kita hanya berharap rahmat dan keridhoan-Nya, maka tak akan banyak hati yang akan terluka saat dihina dan dicerca serta lari dari menuju selain kepada-Nya.
Sekiranya kita menyadari, bahwa sesungguhnya Allah senantiasa melihat kita, mendengar perkataan dan bisikan hati kita, maka sudah tentu kita akan merasa gentar juga takut sekiranya setiap perbuatan buruk kita segera ditampilkan-Nya di hadapan makhluk-makhluk-Nya. Begitu kasihnya Allah SWT, sebesar apapun kejelekan diri kita, namun Dia masih bersedia menutupinya hingga kini.
Saudaraku,
Tidakkah kita rindu untuk menggapai ridho Allah semata? Dalam setiap pekerjaan yang kita buat, dalam setiap perkataan yang kita ucap, dalam setiap denyutan jantung dan dalam setiap tarikan nafas kita? Tidakkah kita rindu untuk senantiasa berupaya meneladani Rasul-Nya, sebagai bagian dari pengakuan rasa cinta kita, dimana ucapan beliau jauh dari ghibah, dari kata-kata dusta dan menghina, juga merendahkan orang lain? Tidakkah kita rindu untuk senantiasa mendapat hidayah dan petunjuk dari-Nya, di setiap jejak langkah hidup kita? Sehingga semua terarahkan dengan baik dan bermanfaat juga bermakna, bagi diri dan lingkungan, dunia dan akhirat.
Saudaraku,
Mari bersama kita luruskan niat, kita perbaiki ikhtiar dan usaha, juga tak pernah lepas bermohon dan berserah diri kepada Allah SWT agar semua hal yang kita rajut dan anyam di atas permukaan bumi ini dilakukan semata-mata karena-Nya dan untuk mencari keridhoan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar